WHAT'S NEW?
Loading...

Latar Belakang Belajar Ilmu Logika

Sang Pemikir
Ilmu logika (Ilmu Penalaran) adalah main post di blog “Belajar Yuk!”. Dan ini adalah postingan pertama dari kategori tersebut. Memang, jarang sekali, bahkan sangat jarang yang mau membahas ilmu yang satu ini. Sebab, orang awam bertanya-tanya: apa gunanya paham itu? Bisa menghasilkan uangkah? Bisa masukin kita ke surga kah? Penting ta?

Selama ini, penggunaannya tidak begitu populer di tanah air. Pernah populer, hanya ketika fenomena “logika pak hakim” menghantam media. Meskipun begitu, bukan malah ilmunya yang populer, dan justru meme-nya yang popular. Ketika fenomena itu tidak ada, paling mentok ya kepopulerannya hanya di tes-tes sekolah.

Bentuk yang ditawarkan disana justru yang bersifat notasi, bahkan terkesan kaku. Kalau kamu mau lihat, logika disana itu terkesan tidak penting.

Sarkasme Penalaran“Apa pentingnya membahas hubungan antarnotasi dengan kehidupan kita di masa depan?” kira-kira begitulah kesan awam yang saya tangkap ketika melihat soal-soal itu. Mungkin orang lain punya kesan yang lebih buruk daripada saya. Sampai-sampai, mengatakan bahwa logika menyesatkan kita.

Fakta Dunia Yunani dengan Eropa

Masalahnya, ilmu penalaran adalah ilmu yang sangat dasar, yang harusnya dipahami oleh banyak orang. Utamanya, bagi mereka yang ingin mencapai kebenaran; yang ingin hidupnya sejahtera. Orang Eropa maju karena orang Yunani pandai berlogika dan menghasilkan beragam pengetahuan. Tapi sekarang, banyak orang yang tidak begitu memikirkan ilmu logika. Mereka mengabaikannya.

Oleh sebab itulah blog ini saya buat agar orang-orang dapat memahami ilmu ini secara betul disamping saya menginformasikan juga tentang sains dan filsafat. Lalu, memangnya ilmu yang satu ini membahas apa sih? Apa gunanya? Seberapa dasarnya dia sampai perlu dibahas? Let’s get started!


Baca Juga: Kududukan Logika dengan Perasaan dan Peranannya

Penggunaan Istilah Logis
Pernahkah kamu mendengar istilah “logis”? Yup, sedari kecil,  telinga kita sudah terbiasa mendengar istilah semacam itu. Kita terbiasa menggunakannya dalam bahasa sehari-sehari, ketika sedang melakukan interaksi sosial seperti berdiskusi, sharing, curhat, komentar status orang, dan bahkan debat.

Logika Pak Hakim
Seringkali, ketika kita sedang berinteraksi, kita justru dihantam oleh penalaran orang lain yang berbeda pemahaman. Maka kita mencoba membalas hantaman itu dengan sebuah penilaian dan argumentasi.

Penilaian itu kita simbolkan sebagai “logis” dan “tidak logis” atau bahasa umumnya adalah “benar” dan “salah”. Kemudian kita melemparkan argumentasi tadi dengan atributnya yang kita anggap sebagai “logis” atau “benar”.

Tapi, tahukah kamu bahwa terkadang pada faktanya, yang kita anggap salah tadi sebenarnya tidaklah salah atau yang kita anggap benar tadi sebenarnya tidaklah benar?

Baca Juga: Awalan: Apa Arti Paradoks?
Tanda Kesalahan Berpikir
Kalau kita mau mengingat masa-masa berdiskusi atau berdebat atau sharing, mungkin sekarang bisa kita temukan kesalahan yang dianggap benar atau sebaliknya. Mungkin pada masa-masa itu kita berkata “ini karena begitu” atau “sebabnya ini adalah A, B, C” atau “logikanya itu begini” atau “seharusnya begitu, sebab begini”.

Tapi jika dicermati ulang, ternyata dalam beberapa rangkaian bahkan keseluruhan proses penalaran kita malah ngawur. Pernah suatu waktu, ada orang asing yang menguji saya. Dengan pandangan remeh dia tanya,

Penalaran yang benar
Belum tentu itu terjadi karena dia bodoh.
Tapi, apa itu bodoh? Apakah orang yang peringkat I
masih bisa dikatakan bodoh?
kamu tau kenapa kok orang yang gak kena peringkat malah yang diterima di *****, dan yang perinkat 1 malah gak keterima?

mungkin karena usahanya tidak tepat?” saya tanya balik

Dia jawab “soalnya peringkat 1 itu bodoh. Gitu aja gak bisa.

Jelas, ini adalah penalaran yang kurang tepat. Kenapa kesalahan penalaran bisa terjadi?


Kenapa Kesalahan Penalaran Terjadi?
Kesalahan penalaran tidak hanya terjadi karena ketidaktahuan dan segala masalah dikognitif-personal, melainkan juga karena subyektifitas: seperti rasionalisasi (pembenaran diri), dan emosi.

Kebodohan Remaja ModernDarisana akhirnya timbul kesalahan seperti alasan-alasan yang belum cukup, fallacy, hubungan-hubungan yang tidak tepat, dan kesalahan selainnya.

Misalnya, foto ini mungkin bisa jadi salah satu contoh subyektifitas. Alasannya mungkin menyentuh hati orang-orang. Tapi, alasan itu tidak benar untuk men-sah-kan perilakunya

Jika dibiarkan, kesalahan penalaran ini justru menjadi benar dimata masyarakat yang tidak kritis, emosional, dan malas berpikir.


Dan dengan pola pikir semacam ini, masyarakat awam terbiasa untuk menilai segala sesuatunya secara subyektif.
Baca Juga: Setelah Bodoh: Sedih atau Bangkit?

Munculnya Konseptor Hukum Berpikir Tepat
Patung AristotelesOleh sebab itu, seorang filsuf terkenal bernama Aristoteles mencari tau bagaimana caranya agar manusia bisa berpikir secara tepat, gak ngawur. Dia mengonsep segala sesuatunya itu di dalam buku yang berjudul “To Organon”. Buku inilah yang mengenalkan kita sebuah konsep bernama ilmu logika.

Dalam Bahasa Yunani, logika berasal dari kata logos yang artinya kata, ilmu, pengertian, pikiran. Di dalam ilmu penalaran, inti bahasannya adalah bagaimana caranya manusia bisa mencapai kesimpulan yang benar. Sesuai dengan maknanya, bahwa logika adalah tata cara/hukum berpikir benar. Terkadang, logika diartikan sebagai proses menghubungkan data.

Berhubung segala sesuatu yang manusia terima pada awalnya selalu melalui proses berpikir, maka ilmu ini adalah ilmu yang sangat fundamental (mendasar) yang perlu manusia pahami. Alasannya? agar manusia mencapai kebenaran.

Sekalipun kamu adalah ahli fisika, kimia, filsuf, sosial, dan bidang selainnya, keniscayaannya adalah belajar ilmu logika, disamping keniscayaan selainnya. Dia merupakan ilmu dasar yang mencakup bidang yang sangat luas dan bersifat krusial.
Baca Juga: Seperti apa pengaruh filsafat Yunani pada masyarakat?

Seberapa Pentingnya Belajar Ilmu ini?
Cium Ketek Pacar
Oke ini udah gak logis, kan?
Membudaya: perilaku gak logis
Andaikata ini tidak dipahami, maka saya tidak bisa menjamin bahwa ke depannya Indonesia akan maju. Mungkin, sebagian dari kita akan seringkali salah mengambil keputusan dan bahkan terjebak pada pilihan yang salah.

Akan muncul lagi fenomena #ciumketekpacar atau bahkan bokep dianggap wajar dan menjadi konsumsi umum bagi laki-laki. Katanya, gak munafik, semua cowok suka bokep. Kok bisa ya pendapat ini ada? Menurut saya karena salah menalar. 

Faktanya, kemajuan suatu bangsa yang paling mendasar bukanlah karena sainsnya yang kental, ataupun teknologi, dan masyarakatnya yang berduit. Ketika muncul penerus yang egosentris, cuma mikirin duit sama hidupnya sendiri, dan tipe generasi konyol digambar sebelah, maka akan tibalah kemerosotan.


Subyektifitas Remaja Modern
Maju atau tidaknya suatu bangsa bahkan benar-salahnya kamu bergantung dimasalah pemikiran. Salah satunya membahas tentang cara kita semua berpikir/bernalar. Sebab itu, ilmu logika menjadi sangat penting untuk dipelajari.

World without science of logic? Remember, everybody can be blinded by everything.

2 komentar: Leave Your Comments

  1. Akhirnya ketemu juga sama blog yang ngebahas 'logika'.
    Menarik dan gak jenuh bacanya!😁



    Salam, Dinsyah

    BalasHapus
  2. Wih suka banget sama post postnya
    Baru nyadar gua logika sangat penting bahkan dapat menjadi acuan suatu bangsa yg ingin maju atau nggak

    BalasHapus