WHAT'S NEW?
Loading...

Akal Sebagai Teknologi Mutlak Manusia

akal sebagai teknologi

Meski dunia bagian Eropa sudah memasuki "age of reason", namun dunia bagian timur masih terkurung oleh pemikiran yang bahkan tidak beralasan. Khususnya di Indonesia. Banyak dari masyarakat sekitar kita yang masih berperilaku atas dasar sesuatu yang subyektif, dan bukan malah obyektif. Kenapa? sebab sebagian dari mereka menolak akal.

Mereka lebih percaya pada dukun dan sesuatu yang tak berdasarkan kepada reasoning (=logika) yang mendalam. Filsafat ditolak. Sains juga ditolak. Dianggapnya, akal itu sesat. Dikiranya, akal itu relatif. Buktinya, manusia bisa salah setelah mengonsep, atau perubahan pada teori tertentu, dan kesalahan kalkulasi dan lain sebagainya.

Saya sendiri tidak habis pikir bagaimana mereka bisa berkata demikian sedangkan mereka sendiri menggunakkan akal untuk berkata demikian. Apakah kamu mengerti maksud saya? Ya, ini semacam kontradiksi dengan dirinya sendiri. Saya jelaskan lebih lanjut dengan pemaparan terkait akal sebagai teknologi manusia yang paling fundamental.

Peran Akal dalam Kehidupan Manusia

Sebelumnya, saya sudah bilang bahwa mereka yang menganggap akal itu sesat sebenarnya sudah mengingkari dirinya sendiri. Maksudnya begini, salah satu ciri dari akal adalah kebergunaannya untuk mendapatkan pengetahuan, menghubungkannya dengan pengetahuan selainnya, dan menyimpulkannya. Semua itu melalui proses-proses berpikir. 

Itu artinya, jika ada satu kesimpulan yang berdasarkan kepada fakta tertentu, maka itu artinya dia telah menggunakan akal. Dengan demikian, orang yang menyatakan bahwa akal itu sesat tadi, sebenarnya menggunakan akal juga itu menyimpulkannya. Jadi, sebenarnya dia menyalahi dirinya sendiri? Iya. 

Ciri kedua, bahwa akal adalah suatu bawaan, seperti halnya organ ataupun hukum-hukum yang ada dalam tubuh kita. Itu artinya, Tuhan sudah mendesain suatu konsekuensi logis, dimana jika suatu hal itu merupakan manusia maka dia pastilah memiliki akal. Tapi, apakah itu manusia? kiranya ini sangat rumit. Bahkan sains pun masih bingung dengan manusia itu sendiri. Mencari identitas sejati itu memang selalu rumit.

Ciri ketiga, akal merupakan sebuah teknologi. Kenapa? sebab karenanya lah kita dapat melakukan proses berpikir, dan proses berpikir ini terjadi sebagaimana mestinya. Alias, sudah menjadi kewajaran. Dan dia menghasilkan produk, yaitu pemikiran.

Lalu, dari ketiga ciri ini, apakah kamu sudah bisa memahami akal itu secara konkret? saya kira tidak. Namun setidaknya kamu sudah dapat menggambarkna bagaimana akal itu.

Baca Juga: Latar Belakang Belajar Ilmu Logika

Jadi, Apakah Bernilai Sesat?

Akalnya belum masuk
Jika akal adalah (1) suatu bawaan yang berpengaruh secara mutlak terhadap manusia, (2) yang berfungsi sebagai teknologi yang (3) khasnya digunakan untuk berpikir dan menghasilkan pemikiran, maka masihkah akal itu kita jauhi atau bahkan kita tolak? apakah akal itu sesat?

Menurut saya, karena akal adalah teknologi bawaan, maka akal sendiri bukanlah sesuatu yang bernilai sesat atau lurus/benar. Teknologi merupakan sesuatu yang tidak bisa dinilai secara moral, sebab dia tidak memiliki tujuan atau motif tertentu dengan misi-misi tertentu pula. Jadi, akal tidaklah sesat ataupun benar.

Tapi jangan senang dulu. Sebab, berpikir bisa menghasilkan sesuatu yang sesat atau benar. Mengapa? sebab berpikir adalah suatu proses yang bertujuan untuk memahami sesuatu sebagaimana mestinya. Jika suatu hasil berpikir tidak sesuai dengan kenyataan, maka dia pastilah sesat. Sebaliknya, jika suatu hasil berpikir itu sesuai dengan kenyataan, maka dia pastilah benar. Pertanyaannya, bagaimana caranya mencapai pemikiran yang sesuai dengan kenyataan? 
Seorang bernama Aristoteles pernah mengonsep masalah ini. Dia membukukannya dalam suatu yang berjudul "To Organon". Dia menyebut konsep metode berpikir tepat ini sebagai logika, dengan ilmunya yang disebut sebagai ilmu logika. 

Kesimpulan

Jadi, sebenarnya akal itu tidaklah sesat. Dia adalah teknologi. Akan tetapi manusia lah yang tidak metodologis cara berpikirnya sehingga menyebabkan kesalahan berpikir. Jika kita bisa menggunakan metode yang tepat, maka niscaya hasil berpikir kita itu benar.

Janganlah kamu takut untuk menggunakan akalmu. Takutlah jika kamu tidak memiliki panduan dan sumber-sumber pengetahuan yang benar. Sebab karenanyalah kamu akan mengalami kelurusan berpikir. Tidak ngawur.

0 komentar:

Posting Komentar