WHAT'S NEW?
Loading...

Pendalaman dari Pengertian Ilmu Logika


Setelah masalah satu selesai, masalah berikutnya datang. Kita masih belum mengerti apa itu ilmu logika secara jelas. Mungkin anda mengira bahwa ilmu logika ya sekedar ilmu yang mempelajari tentang logika. Padahal, pengertian yang jelas, lebih dalam daripada itu!

Alhasil, akibat dari pemahaman yang sederhana itu, banyak orang yang belajar ilmu logika, tapi malah tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Lalu, bagaimanakah pengertian mendalamnya? Lalu, apakah yang akan dipelajari di dalam ilmu logika? Yuk, cek :)

Pengertian Logika
Sederhana, katanya. Logika adalah kaidah/hukum/cara/metode berpikir tepat. Dan yang perlu digaris bawahi adalah, bahwa logika bukanlah produk jahat yang sanggup menghancurkan alam semesta. Dia hanyalah panduan yang berusaha mengarahkan kebiasaan umum kita. Memangnya, apa kebiasaan umum kita?

Baca Juga: Latar Belakang Belajar Ilmu Logika

Dalam konteks ini, tentunya adalah berpikir. Berpikir itu wajar sekali terjadi dalam manusia. Tapi, apa itu berpikir? yang bagaimanakah berpikir tepat itu?

Apa itu berpikir?
Pernahkah kamu berpikir? Ya, saya yakin kamu sering melakukannya. Kamu melihat suatu fenomena dan kemudian bertanya-tanya: "kok bisa begini?" atau "apa solusi atas masalah ini?".

Kemudian kamu mulai mencari tau apa yang menajdi inti masalah. Kamu mengecek ulang dalam ingatanmu: "apa yang aku tau?". Kemudian melalui analisis tertentu kamu menyimpulkan: "Oh, ini jawabannya begini".

Sudah paham apa itu berpikir? mari kita tarik pengertian darisana.

Berpikir adalah kegiatan akal untuk mengolah pengetahuan-pengetahuan yang ada demi tercapainya suatu kesimpulan. Berpikir tidaklah sama dengan melamun. Khasnya, berpikir itu memiliki bahan dan rumusan masalah yang hendak dipecahkan.

Jika diperdalam lagi, berpikir itu berupa memahami masalah, menentukan data yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah, melakukan analisis, dan penyimpulan.

Berpikir tepat itu yang bagaimana?
Problema yang dialami oleh jutaan manusia adalah mencapai pemikiran yang tepat. Asal kamu tau saja, tidak semua hasil berpikir itu tepat. Ada waktu dimana berpikir itu tidak tepat. Misalnya, saat pengetahuan kita belum cukup, atau variabel yang kita buka sebenarnya irrelevant, atau hubungan antardata juga salah.

Berpikir yang tidak tepat akan menghasilkan kesimpulan yang salah total. Dari kesalahan itu, muncul kesesatan. Para pembelajar logika biasanya menyebut fenomena ini sebagai fenomena kesesatan berpikir.

Oleh sebab itu, berpikir tepat biasa diidentikan sebagai berpikir logis. Maksudnya, berpikir secara logika. Sebab logika menawarkan cara untuk mengantarkan kita pada penyimpulan yang tepat.

Jika manusia memiliki masalah untuk mencapai berpikir tepat, dan logika menawarkan cara berpikir tepat, Maka berpikir yang tepat haruslah menggunakan logika. Sebaliknya, berpikir yang sesat tidak akan menggunakan kaidah logika. Sebab yang bukan merupakan logika, berarti bukanlah metode berpikir yang tepat.
Pengertian Ilmu
Menurut KBBI, Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Khasnya, selalu menyatakan apa, bagaimana, dan mengapa.

Dari sana kita ketahui beberapa hal. Pertama, tujuannya adalah menerangkan gejala tertentu. Kedua, caranya adalah menyusun pengetahuan secara sistematis.

Jadi, yang dikatakan ilmu adalah pengetahuan-pengetahuan yang tersusun secara sistematis demi tercapainya suatu pengetahuan lain.

Pengetahuan-Pengetahuan yang Sistematis Dalam Ilmu Logika
Jika ilmu logika adalah pengetahuan-pengetahuan yang disusun secara sistematis demi tercapainya suatu pengetahuan tentang tata cara mengolah pengetahuan-pengetahuan yang ada demi tercapainya suatu kesimpulan yang tepat. Eh, kok rumit ya penjelasannya? hehehe

Sederhananya, jika ilmu logika adalah pengetahuan-pengetahuan yang disusun supaya kita dapat berlogika, maka ilmu logika membutuhkan kumpulan pengetahuan. Tentu saja, juga harus sistematis agar pengetahuan itu bisa dicapai. Lalu, bagaimanakah pengetahuan yang sistematis itu?

Pengertian Pengetahuan Sistematis dalam Ilmu
Sistematis adalah teratur secara sistem. Artinya, masing-masing unsur yang saling berkaitan sehingga membentuk suatu hal. Dengan demikian, pengetahuan sistematis dalam ilmu logika artinya pengetahuan-pengetahuan yang susun sedemikian rupa kedudukannya supaya membentuk suatu pengetahuan untuk mampu dalam urusan logika.

Jika demikian, maka ada pengetahuan-pengetahuan yang perlu disusun itu tadi, supaya bisa dipelajari. Pertanyaannya, pengetahuan apa saja yang perlu disusun?

Pengetahuan yang Dipelajari Dalam Ilmu Logika
Untuk tau pengetahuan-pengetahuan yang sistematis itu tadi agar kita bisa berpikir tepat, maka kita perlu tau unsur-unsur yang diperlukan agar berpikir tepat. Mengapa? Sebab unsur adalah alasan kenapa suatu hal dikatakan sebagai suatu hal. Jika kita tau unsur-unsurnya, maka akan sangat mudah bagi kita untuk membentuk suatu kesimpulan yang benar. Lalu, darimanakah kita tau unsur-unsurnya? Tentunya, melalui pengamatan terhadap kesimpulan yang tepat.

Coba kita amati kesimpulan yang sudah tepat. Cek ini (1):
  • Ini bolpenku karena ada di sakuku

Kalau kita melihat kesimpulan (1), maka kita akan mendapati tiga unsur, yaitu alasan, hubungan alasan dengan asumsi tertentu, dan kesimpulan. Mengerti? Mari kita jabarkan lebih dalam.

Pondasi Logika kesimpulan (1):
  • Bolpen Ini ada disaku milikku (pengetahuan/pernyataan)
  • Setiap yang ada disaku milikku adalah milikku juga (asumsi yang berhubungan dengan pengetahuan/pernyataan)
  • Maka, Bolpen ini adalah milikku (kesimpulan)

Ada beberapa hal yang agaknya tidak biasa kita rasakan disana. Ternyata, kita selalu memperoleh pengetahuan ketika menghadapi masalah ("Ada bolpen disaku milikku" dengan masalah: "Ini bolpennya siapa?"). Setelah itu, kita membenturkannya dengan sebuah kepastian yang tersembunyi ("asumsi tertentu") sehingga bisa memastikan/menyimpulkan "Ini bolpenku" (yang itu artinya, kita telah menjawab permasalahan di awal tadi). 

Akan tetapi, beberapa ilmuwan memiliki pendapat yang tidak saya setujui, bahwa bersamaan dengan itu, kita semua membuat makna akan apa yang kita ketahui, kemudian melakukan proses penyimpulan tadi. Suatu pengetahuan jika salah dimaknai akan menghasilkan penalaran yang salah. Oleh sebab itu, unsur berikutnya adalah unsur makna.

Pikir saya, pengetahuan makna adalah asumsi dasar bagi seorang pembicara. Sekalipun dia tidak berusaha menalar seperti mekanisme kesimpulan (1), maka makna adalah sesuatu yang tetap dibutuhkan. Sama halnya dengan kemampuan membuat kata.

Jika pengetahuan tentang makna dimasukkan, lalu kenapa pengetahuan tentang susunan alfabet, pengetahuan tentang susunan kata dalam kalimat dan lain sebagainya ikut dimasukkan? Jika kamu bisa menjelaskannya dengan alasan yang lebih baik, maka saya bisa setuju dengamu. :)

Dengan demikian, saya menganggap bahwa pengetahuan tentang makna dikategorikan sebagai ilmu tersendiri. Ilmu makna, pikir saya. Itu artinya, saya lebih setuju dengan tiga unsur yang membentuk suatu penalaran. Unsur-unsur itu adalah:
  1. Pengetahuan-pengetahuan yang benar dan relevan
  2. Asumsi tertentu yang menghubungkan pengetahuan-pengetahuan
  3. Penyimpulan/Pemikiran

Jika ketiga unsur ini benar, maka suatu penalaran bisa dikatakan tepat. Nah, ketiga unsur ini nantinya akan digunakan untuk belajar kita ke depannya.

Kesimpulan dan Sedikit "Kebijaksanaan"
Ilmu logika adalah suatu hal yang positif, saya kira. Mengapa? sebab dia mencoba meluruskan tata cara manusia berpikir; memecahkan masalah; menalar. Ilmu logika bukanlah sesuatu yang sanggup menghancurkan umat manusia, atau bahkan menyesatkan pemikiran. Justru, Ilmu logika berusaha mengeluarkan manusia dari fenomena kesesatan berpikir.

Baca Juga: Seperti apa pengaruh filsafat Yunani pada masyarakat?

Pengetahuan-pengetahuan dasar yang perlu dipahami agar kita mampu berpikir tepat adalah kemampuan untuk berpengetahuan yang benar dan relevan terhadap ide, asumsu tertetu yang benar, dan penyimpulan yang tidak ngawur.

Mulai saat ini, buanglah stigma "salah" atau "haram" kamu tentang ilmu ini. Bukankah sudah jelas apa maknanya? bukankah sudah jelas apa tujuannya? maka sebenarnya secara konseptual, jika kamu menyetujui segala pemaparan sedari latar belakang hingga kini, maka sekaligus kamu setuju dengan ilmu ini.

Lalu, kenapa banyak orang yang menggunakan logika cenderung sekuler, irreligius, bahkan ateis? Tentu, itu adalah hal yang nantinya kita temui dalam pembelajaran. Perbedaan pemikiran. Namun, bukan berarti logika itu salah. 

0 komentar:

Posting Komentar